Om
Swastyastu bli! Ketemu lagi dengan ku. Kangen kan?? *pede badai*. Aku akan
menepati janjiku pada posting sebelumnya untuk menceritakan perjalananku ke pulau
Dewata Bali pulau 1000 pura kemarin. Okelah kita mulai dari awal. Cekiprut duuut!!
Hari pertama - sabtu 8 Desember lalu, mungkin hari itu sudah kutunggu-tunggu sejak duduk di
SMA itu smanda tepatnya. Sudah kupersiapkan pakaian yang aku bawa sebelumnya.
Kulihat jadwal kegiatan dan saat itu juga kutata, kupilih, dan kupilah baju
yang kupakai di tempat-tempat wisata disana. Perajalanan kali ini berbeda dengan
sebelumnya waktu ku SD ke Jogja dan SMP ke Jakarta-Bandung. Persiapan kali ini
juga tak se heboh sebelumnya, sekarang mungkin lebih teratur aku pun santai
mungkin ada sanken *waduh*. Kubawa tas yang bewarna merah merona, kumasukan
pakaian yang ku bawa kedalam tas itu. Walaupun sudah tertata rapi namun anehnya
sering ku cek berkali kali. Pikirku ku pastikan semua terbawa dan ku tak mau
salah kostum disana. Tas yang akan kupakai jalan2 disana adalah tas kecilku yang
biasa temanku menyebutnya tas STM, aneh bukan. Kepergianku ke pulau dewata kali
ini, selain ditemani oleh para rekan smanda aku juga ditemani oleh
jerawat-jerawat yan membentuk negara kepulauan di pipi ini. Aku hanya membawa
jajan segelintir saja karena ku yakin temanku sudah membawakan persediaan yang
cukup memadai. Ketika ku sampai di smanda sudah berjejer jejer bis yang siap
menghantarkan ku bersama rekan smanda lainnya untuk wisata ke pulau 1000 pura
itu. Aku di bis 4 tepatnya bis yang berwarna hijau, sebenernya hampir semuanya
hijau sih. Berangkat pukul 7 dari smanda, itu artinya petualangan dimulai saat
ini. Bali aku datang, selamat tinggal hari menjenuhkan. Selama di bis guyon
tiada habisnya mulai dari ini itu dan puncaknya saat ngrasani Bu Mas guru
biologi seluruh bis berguncang seismograf bergetar, suara tertawa berderu
kencang. Acara yang paling favorit di dalam bis adalah nyetel Iwak penyek.
Sagita Mentul lah yang menjadi artis pendatang baru terfavorit ala Zentrum
award *opo iki konyol*. Saat di perjalanan ada suatu tempat yang membuatku
kagum suatu hal yang belum kulihat sebelumnya walaupun 6 tahun yang lalu
mungkin ku melewati daerah ini mungkin pada saat itu aku sedang asik bermimpi
di bis. Tempat itu mungkin berjarak beberapa jam dengan rumah makan di
Probolinggo yang kami singgahi untuk makan malam. Pembangkit listrik tenaga uap
raksasa bertuliskan besar Jawa Power di
temboknya. Kukira pembangkit listrik di Semarang sudah yang paling besar
ternyata inilah yang paling besar. Kira-kira pukul 12 malam kami telah sampai
di pelabuhan Ketapang. Dengan wajah yang luluran minyak jlantah dan mata yang
seperti mata pandah dan juga mulut dengan abab yang menusuk hidung, untungnya
kami tidak latah untuk segera melihat pulau Bali yang indah. Kami pun menaiki
kapal dan siap mengarungi ombak selat Bali. Menikmati angin laut yang tak
mengenal lelah selalu berhembus menebus jaket Evenscene ini. Dingin sekali memang bulu kuduk pun berdiri tanpa
kuperintah. Menikmati dinginnya angin laut 1 jam berjalan begitu cepat rupanya.
Kulihat para penumpang kapal sudah berdiri mendekati tangga dan bersiap untuk
turun dari kapal, awalnya ku hanya bengong, melihat teman-teman menuju ke
tangga aku pun langsung bergegas dan membuntutinya. Tiba di ujung kapal
kusiapkan kaki kananku untuk menapak di tanah Bali. Ku baca bismillah dan
kulangkahkan kaki kananku di tanah itu dan ternyata apa rasanya pemirsah?
BiaSASAja!!
Hari
Kedua – Kulihat jam dan itu menunjukan pukul... aduh berapa lupa. Mungkin
kira-kira jam 1an WIB(waktu Indonesia Barat) brarti di Bali pukul 2an pagi WIB
juga (waktu Indonesia Bali). Ku tersenyum ku telah sampai di Bali, inilah yang
kutunggu tunggu akhirnya terwujud juga. Kami menaiki bis kembali dan bergegas
menuju rumah makan Soka Indah. Begitu sampai disana kami menjadi pengunjung
pertama disana. Dengan membayar 2000 anda bisa masuk Soka Indah sepuasnya,
murah kan!! *malah promosi*. Mandi dulu lalu makan berhubung bis 4 yang pertama
jadi tidak sampai mengantri, mandi bisa sepuasnya. Lalu sarapan setelah itu
foto2 deh. Tidak puas di atas aku bersama anak evenscene turun ke pantai. Saat
di pantai ada seorang bapak2 dengan perkasanya membawa motor di area berpasir
di pantai itu. Saat mengalami masalah dengan bangga kudorong motornya agar bisa
melewati rintangan berbatu di pantai itu. Di Soka Indah pula tepatnya di wcnya
sebelum berangkat aku tak membuang kesempatan disana untuk membuang hajat yang
selama 1 hari belum ku buang. Kami melanjutkan perjalanan menuju destinasi
pertama yaitu Tanah Lot. Ketika di bis sang TL bis 4 sebut saja om Andik
mengakatan bahwa jadwalnya akan di balik karena saat itu di Bali sedang ramai
agar tidak terjadi penumpukan di tempat wisata tersebut. Okelah manut! Tiba di
Tanah Lot, ketika itu masih sepi dan mungkin kami yang datang pertama di hari
itu. Sampai disana kami pun anak Evenscene langsung ber foto2 tak ketinggalan
juga wali kelas kami Pak Hadi yang sangat bersemangat saat itu. Ceprat cepret sana
sini tak mengenal lelah mereka. Untungnya laut sedang surut jadi kami bisa ke
pura suci di Tanah Lot. Di Tanah Lot pula pertemuan pertama dengan guide yang
bernama Wayan Agus. Setelah Tanah Lot perjalanan dilanjutkan ke Pabrik
kata-kata Joger Bedugul. Kata2 disini sungguh kreatip banget pinter merangkai
kata mesti sing duwe yo pinter nyepik. Begitu sampai di Joger pemeriksaan cukup
ketat, mungkin agar kata-kata mereka tidak di colong kali. Bajuku dan anak
smanda ditempeli stiker VIP yang artinya Very Iseng Person. Ketika masuk ke
dalam ku bingung mau beli apa cobak, ku lihat harga2nya, langsung WOW! Harganya
menembus langit2 kawan. Semahal apapun disana tetep rame sumpek sesek kalo gini
malah terasa di pasar Johar. Ku disana hunting bersama Kokoh, dan sekaligus
dengan Meyes bersama Momon. Untuk ke tempat pakaian anak2 kita harus mbrangkang
karena pintunya amat sangat kecil sekali. Hunting pun selesai saatnya ke kasir
bukan kasur. Antriannya naudzubillah panjang bener. Sabar tetep, pusing manteb.
Sepenggal kata dari Joger: bersyukurlah jika masih bisa merasakan pusing, itu
menandakan anda masih punya kepala. Selesai dari Joger langsung tancap ke danau
di Bedugul. Perjalanan menuju Bedugul melewati jalan yang berliku-liku karena
Bedugul terletak di pegunungan. Kata bli Wayan kami melewati 9 kelokan yang
biasa disebuk kelokan cinta. Kata bli juga jika belok ke kanan katakan aaahh
jika belok ke kiri katakan uuhh. Inilah waktunya melewati kelokan tersebut, pas
belok ke knan bli Wayan mengatakan aaahh... diikuti seisi bis, ke kiri uuuhh..,
waktu ke kanan dan ke kiri langsung aaahh... uuuhh... aroma ngeres terasa
disini. Ya, tapi maklumlah namanya aja kelokan cinta. Ketika sampai di Bedugul
awan mendung telah memayungi kami. Kami langsung masuk ke restoran disana untuk
makan siang dan ternyata antrian sudah panjang anak smanda karena bis ku datang
terakhir di Bedugul. Beberapa saat hujan pun turun dengan lebat wah sedih gag
jadi naik perahu ke pura yang menjadi background uang 50ribu itu. Akhirnya di
Bedugul cuma nunut makan dan sholat, wah sedih. Perjalanan dilanjut ke oleh2 cahayu.
Setelah cahayu dilanjut ke tempat pertunjukan tari barong. Pertunjukannya lucu
dan mungkin mampu membangkitkan rasa lelah selama diperjalanan. Kulihat
tariannya sudah dikemas modern. Setelah nonton tari barong saatnya check in
hotel, hal yang ditunggu-tunggu. Kami menginap di hotel Made Bali. Walaupun
terletak di depan kantor bupati Badung namun hotelnya cukup pelosok. Ternyata
kamarku dipindah dari kamar 101 ke kamar 122. Aku sekamar dengan Fajar, Sandro,
Haq, dan Resila. Ketika sampai disana langsung masuk kamar dan mandi setelah
itu makan tak lupa juga sholat. Saat itu juga M.U kontra M. City sedang
berlaga. Seluruh penghuni di seluruh kamar sedang memantengi tv menonton laga
hot tersebut. Aku pun juga tak ketinggalan, ketika M.U menciptakan gol, seluruh
kamar bergemuruh jantungpun ingin copot diriku seolah berada di old traford.