Kunai

Senin, 28 April 2014

Gulungan Cerita dari Dieng

Tepat sepekan yang lalu aku bersama temanku melaksanakan touring. Kini aku akan menceritan ratusan kisah selama touring kami. Oke, saatnya duduk manis kawan.

Senin, 21 April 2014

Senin adalah awal dari dimulainya hirukpikuk setelah akhir pekan. Senin yang biasanya identik dengan penatnya jadwal pelajaran. Hari yang menjadi momoknya penghuni metropolitan. Namun, opini semua itu akan kami tepis pada senin ini. Bahkan, kami menunggu kedatangan hari ini. Pasti kalian para pembaca bertanya-tanya, ada apa sih dengan ini? Tenang-tenang, belanda masih jauh kawan. Oke dah, daripada kamu-kamu pada penasaran mending aku yang penasaranin kamu, iya kamu... . Aku dan 9 temanku hari ini akan melenggang ke atapnya Jawa Tengah, kalian taukan? Yap benar, Dieng. Ini aku sebutin siapa saja 9 insan tersebut, urut absen yak. Adhit alias om (@Om_Dhit), Alip (@Allief19). Fajar (@fajariskandar), Filemon (@benayatheo), Hanip (@haniefgta), Nopal (@NZP_), Sandro (@Meyssandro), Rere (@ambient_3900), resila (@adhinawasapta). Itu bersama akun twitter mereka, monggo di follow barangkali jodoh. Ett, sebelumnya follow yang ini dulu dong @Anjas_Yn dijamin yahud.

Langsung saja, akhirnya pada pukul sekitar setengah 2 siang kami siap bertolak dari kediaman filemon di bukit cinta, u... romantis. Ya lumayan ontime juga dari rencana yang telah diputuskan yaitu pukul 13.00. Sebelum bertolak pastilah kami berdoa dahulu dengan harapan perjalanan ini diridhai Allah. Tak lupa, jika ada kamera, maka berfoto ria. Yah, itulah kebiasaan remaja. Setelah prosesi berlangsung khidmat, start engine dan berangkat... OiOiOiOiOi Hoi. TOURING CERIA

Aku berboncengan dengan kawan sebangku sehatiku, dialah Sandro. Selama di perjalanan kami bersepuluh sempat dibuat dilema oleh awan yang kiranya tak berbuat apa-apa. Godaan berupa grimis memaksa kami untuk sejenak berhenti dan hendak memakai mantel anti hujan. Kami berhenti 2 kali untuk memakai mantel dan keduanya terindikasi PHP *capslock bibeh . waktu Ashar mulai merapat ke perjalanan kami. Kira-kira pukul 16.00, kami berhenti di Masjid Al-Taqwa di daerah Temanggung untuk menunaikan sholat Ashar. Selain kami sholat, kami jadikan Masjid ini sebagai checkpoint pertama kami. Sekadar untuk ngemil-ngemil dan meregangkan otot-otot yang mungkin tegang selama perjalanan berlangsung. Wow tegang!! Yang mana? Jika kalian lewat di jalan yang mengarah ke kota Temanggung, lihatlah Masjid ini di kiri raga anda. Tak ada yang aneh memang, tapi seolah keanehan muncul ketika kami baru saja selesai sholat berjamaah tiba-tiba bapak yang sudah stay di situ mengumandangkan adzan ashar. Sontak, hal itu menumbuhkan ratusan tanda tanya yang sekaligus menjadi buah bibir. Padahal sebenarnya adzan ashar sudah berkumandang dari tadi. Entah bagaimana tradisi di sini. Kami pun tidak mempermasalahkan itu berlebihan. Perjalanan pun segera dimulai kembali.

Ketika kami melewati jalan Parakan yang menjadi salah satu jalan ekstrim untuk menuju Wanasaba kami tiba-tiba melihat kerumunan warga setempat di sekitar jembatan yang akan kami lewati, di situ pula terdapat polisi yang berjaga-jaga. Benakku berkata “wah ada operasi nih, siap-siap keluarkan SIM A hehe”. Ternyata benakku salah, di sisi kiri kami terdapat truck yang terjerumus ke jurang. Wajar, memang jalan tersebut memiliki kelokkan tajam. Senja mulai tiba dan matahari bergegas kembali ke peraduannya. Entah dosa apa aku dan Sandro saat itu. Di jalanan yang sepi ada anak kecil yang sedang berduaan menyusuri jalan *ciyeee terlihat dari propertinya mungkin mereka pulang dari ngaji. Tiba-tiba yang perempuan berlari menyeberangi jalan. Yang benar saja, Sandro yang menunggangi sang kuda besi tentu saja tidak dapat menghentikannya seketika dan senggolan tak terelakkan. Untung aku dan sandro tidak jatuh, namun anak itu meluncur deras di atas aspal. Namanya juga anak kecil, pasti menangis. Takut campur imut, deg deg kan campur tangisan. Warga desa pun berkerumun, anehnya, mereka malah menyuruh kami pergi daripada nanti masalah semakin rumit. Ucapan maaf serta terima kasih tak lupa kami aturkan. Kebetulan teman-teman yang lain sudah melenggang jauh dari kami. Jadi si V-ixion putih berjalan sebatang kara.

Akhirnya kami dipertemukan kembali dan saat itu juga kami berniat untuk mencari makan sekaligus untuk beristirahat serta sholat maghrib sekaligus isya. Warung bakso dan mie ayam berhasil menggaet pandangan kami. Kami pun singgah ke warung tersebut sekaligus menjadi checkpoint kedua kami. Seraya kami menunggu pesanan mie yang tak kunjung datang, kami tak ingin meninggalkan moment untuk berfoto-foto, biasalah anak muda hehe. Perut kenyang sholat udah, sebelum bergegas foto-foto lagi dong.

Perjalanan dilanjut kembali, Sandro pun menyerahkan kemudi kepadaku. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di kota Wonosobo. Saat sampai disini jujur aku sempat kebingungan. Seingatku dulu dieng itu belok kanan, itulah yang terus menerus yang ada di benakku. Tiba-tiba ada belokan ke kanan, sayang jalannya ditutup terpaksa kami harus mengikuti jalan satu arah.  Jalan yang serba satu arah itulah yang membuatku bingung. Aku yang dipandang paling mengerti jalan menuju dieng itulah yang membuatku mengeluarkan insting navigasiku. Sengaja aku berjalan perlahan dan ku mencari plat hijau besi lebar penunjuk arah. Ketika kumenemuinya aku sedikit lega, ternyata jalan yang kulewati tidak salah dan di plat tersebut benar menunjukkan arah dieng belok ke kanan. Sekitar jalan di kota Wonosobo kulihat taman-taman yang dirancang menawan di pinggir-pinggir jalan kota, serta melewati pusat kota yang penuh keramaian, terdapat pula alun-alun yang menjadi tempat berkumpulnya penikmat Wonosobo. Semakin kuturunkan kecepatan motor ini untuk tdak melewatkan suasana disini. Dibalut dengan udara yang sejuk cenderung dingin, menyegarkan mata dan pikiran kami serta jiwa raga kami.

Selanjutnya, tanjakan menuju puncak Dieng sudah menunggu kedatangan kami. Kabut dan kalut menyelimuti selama perjalanan menuju Dieng. Mereka semua tak ingin melewatkan untuk menyapa kami yang baru saja menyelesaikan ujian nasional kemarin. Pukul 20.00 tepat kami tiba di kawasan Dieng. Misi utama adalah mencari penginapan. Dari ratusan penginapan yang ada, hanya 1 yang lolos seleksi. Jreng jreng jreng. Sang finalis adalah... Homestay Tulip, yang diketuai oleh Ibu Dwi Astuti. Setelah melalui perdebatan yang panjang pemirsa, akhirnya DEAL *jabat tangan . Untuk 2 kamar dan 2 malam dihargai 500 ribu yang sebelumnya ditawarkan dengan 600 ribu. Fasilitas A1 dah, contohnya kamar mandi 2 plus water heater setiap km, selimut melimpah ruwah, teh kopi siap sedia, air putih pasti, ada seperti ruang keluarganya plus tv lcd dan sofa, parabola pula. Pokoknya sewa kamar seperti sewa rumah. Malam ini menjadi malam pertama kami di Dieng. Malam yang sangat bertolak belakang ketika di tanah Semarang. Udara panas diwakili udara dingin, asap tak ada kabut menerpa, keringat terhambat embun memikat, keramaian tertelungkup oleh kesunyian, yah itulah. Kami segera bergegas menarik selimut dan pergi ke alam mimpi agar mimpi kami melihat sunrise di Sikunir mejadi kenyataan, good night.

Selasa, 22 April 2014

Kamis, 09 Januari 2014

My Film My Destiny

Hmm... tak terasa blog ini sudah lama vakum dari posting-posting rak ceto ku. Hening ditinggal sang punggawa blog ini, siapa lagi kalau bukan aku. Tulisan kali ini kiranya dapat mensejahterakan blog ini kembali. Blog yang mungkin akan makin buming ditelinga masyarakat tak bersalah. Terutama saat ini tengah buming di kelasku, evenscene (evenskin) biasa ku menyebutnya.

"Mana tulisanmu ituu, buruan keluarinn!" penonton mulai bentrok.
Sabar-sabar aku masih disini kok, enggak kemana-mana
"Woi bukan elo tapi tulisan tentang judul posting ini doang, huft". Penonton mulai tak terkendali, aku sebagai sang penyair kebingungan.
Oke oke, yok langsung mangkat brai, fasten your seat belt.

Kali ini kata "aku" diganti "saya" biar kite kite lebih dekat gitu, ya kan.*ah biasa lay

Akhir-akhir ini saya sedang disibukan oleh proyek film bahasa jawa. Tentunya bukan hanya saya saja melainkan siswa Smanda lainnya. Film yang bakal buming diseantero dunia, disudut manapun ini sudah ditunggu oleh penggemar setianya. *kata siapa setia?* .Kelompok saya berisi 11 para punggawa yang super cool abis, sekaligus menjadi kelompok berpenghuni terbanyak di kelas . Dengan 11 orang biasanya orang mengira bahwa kelompok kami akan kebanjiran pemain namun dugaan anda saya, kami malah kekurangan pemain entah kenapa saya juga tak tahu rimbanya, bahkan ada yang rangkap tiga untuk memainkan peran yang berbeda-beda, gilee.  Entah saya disini berperan sebagai pengganggu rumah tangga orang. Saya selingkuh dengan suami orang. *bisa-bisanya orang ini. Tak kusangka dia(istri orang) bisa kepincut dengan ketampanan saya, aneh. Padahal biasanya sayajadi stuntman nya Tom Cruise. Yah, tak apalah kali ini mungkin pijakan pertamaku untuk pengganti Tom Cruise di masa depan *mimpiii . di amini dong *okedah terpaksa amin*.

Film yang berjudul "Kancaku Diyanku" ini menceritakan tentang kehidupan rumah tangga kaya yang pindah dari jakarta ke desa yang menurut mereka sangat asing. Menjalani sebagai warga baru di desa bukanlah hal yang mudah Biasa dengan hidup mejeng di kota tiba-tiba harus berhijrah ke desa. Tentu akan menghadapi banyak tantangan. Apalagi buat si tokoh utama film ini, si Icak namanya. Yang masih tidak terima dengan ayah barunya. Ibunya menikah lagi dengan lelaki kaya setelah suaminya dulu meninggal. Icak mendapat banyak cercaan di sekolah akibat keangkuhannya. Apalagi ibunya selingkuh lagi dengan pemuda desa setempat. Penasaran? *ah kagak. On this Spring, Just for You from us. catat tanggal mainnya, bawa bangkunya dari rumah. Jangan lewatkan premier nya.

Sekian dari saya ini, nantikan film saya ini. Anda tak akan menyesal dengan film yang agak mirip dengan Transformer hehehe